Oleh:
Yohanes G. Bulu
Pendahuluan
Komunikasi merupakan akar dari semua aktivitas manusia. Manusia berbagai pengetahuan, informasi dan pengalaman, dan dengan demikian memahami, membujuk, mengajak atau mengawasi anggotanya melalui komunikasi (Sinha, 1984). Dalam pembangunan, komunikasi ialah proses yang memungkinkan komponen-komponen suatu sistem sosial atau sistem itu sendiri memperoleh dan bertukar informasi yang dibutuhkannya dengan pihak lain (Jahi, 1988). Komponen-komponen komunikasi dalam sistem sosial meliputi komunikator (sumber), pesan, saluran (media), komunikan (penerima) dan efek (Rogers, 1983; Effendy, 2006). Menurut Lisswell bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who, Says What, In Which Channel, To Whom, with what effect? Untuk menjawab paradigma Lisswell tersebut K. Berlo memberikan formula proses komunikasi, bahwa komunikasi meliputi unsur-unsur yaitu sumber atau komunikator, pesan, saluran atau media, penerima atau komunikan dan efek (Malkote dan Steeves, 2001; Effendy, 2006). Dengan demikian menurut paradigma Lisswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Sistem sosial (masyarakat petani) memerlukan berbagai informasi untuk menyesuaikan diri dan menjaga keseimbangan dengan linkungannya yang mungkin berubah setiap saat.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba membahas beberapa hal terutama tentang; (1) proses komunikasi dalam pembangunan; (2) faktor kepribadian dan sentuhan informasi inovasi; (3) hubungan antara komunikasi, pengalaman, bahasa dan budaya; dan (4) peranan pemimpin terhadap adopsi inovasi teknologi. Semua topik-topik bahasan tersebut dikaitkan dengan teori-teori sosial dan teori-teori komunikasi interpersonal terhadap adopsi inovasi teknologi.
Proses Komunikasi
Menurut Rao bahwa komunikasi merupakan penggerak utama dalam proses pembangunan. Dengan membanding kedua desa di India, dimana desa Kothooru sebagai desa yang memperoleh sentuhan modernisasi dan desa Pathooru sebagai desa yang terisolasi dengan kebiasaan dan kepercayaan tradisional. Rao menyimpulkan bahwa titik tolak modernisasi di desa Kothooru adalah pembangunan (pembuatan jalan) yang menghubungkan desa dengan kota terdekat. Jalan tersebut telah membawa orang baru dari desa kota, gagasan baru, media massa dan pada waktu bersamaan banyak orang desa pergi ke kota. Dengan demikian, infrastruktur pedesaan (jalan raya) dan media massa membawa ide dan nilai baru yang berasal dari luar (Malkote dan Steeves, 2001). Rogers dalam Jahi (1988) mengatakan bahwa perubahan dari tradisional ke modern perlu melibatkan komunikasi dan penerimaan gagasan-gagasan baru. Komunikasi menjadi faktor vital dalam mengimplementasi dan menentukan perubahan. Dengan demikian, komunikasi merupakan suatu proses dimana pesan-pesan dialihkan dari suatu sumber kepada penerima, adalah konsep sentral dan vital yang menjelaskan perilaku manusia.
Wright (1986), mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Pengertian mendasar dalam hal ini bahwa setiap kelompok masyarakat atau komunitas, baik yang tradisonal maupun yang modern berkeinginan mempertahankan suatu kesepakatan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital bahwa setiap individu memiliki kemampuan berkomunikasi dengan individu-individu lainnya, dengan begitu dapat menetapkan kredibilitasnya sebagai anggota masyarakat sehingga meningkatkan kesempatan individu tersebut untuk tetap hidup.
Secara umum, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, pandangan dan perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media massa (Effendy, 2006).
Komunikasi pada masyarakat pedesaan umumnya terjadi melalui hubungan-hubungan sosial dan kekararabatan berdasarkan tujuan dan kebutuhan akan informasi tertentu oleh individu, kelompok dan masyarakat. Komunikasi berdasarkan hubungan sosial, kekarabatan dan sumber informasi terjadi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, antara individu dengan pemimpin masyarakat, antara individu dengan pemimpin pendapat, antara individu dengan pengusaha atau pedagang, dan antara kelompok dengan kelompok. Sinha (1984) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan gagasan pembangunan, ternyata sumber-sumber hubungan antar pribadi seperti penyuluh, teman, tetangga, pemimpin-pemimpin lokal dan lain-lain, merupakan sumber-sumber komunikasi paling baik.
Gonzalez dalam Jahi (1988) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal dalam sistem sosial merupakan suatu jaringan sosial. Lingkaran-lingkaran sosial dalam memperoleh informasi merupakan jaringan personal seseorang. Jahi (1988), Malkote dan Steeves (2001) menjelaskan bahwa pembangunan di Negara-negara berkembang terdapat dua sistem komunikasi, yaitu sistem komunikasi tradisional yang menggunakan saluran-saluran interpersonal, dan sistem komunikasi yang menggunakan media massa modern.
Sistem komunikasi tradisional yang lebih banyak menggunakan saluran-saluran interpersonal terdapat di daerah pedesaan, terutama karena sebagian besar masyarakatnya belum dapat membaca dan menulis, serta hanya sedikit yang memiliki alat-alat media massa modern seperti televisi dan radio. Sinha (1984) mengatakan bahwa komunikasi pembangunan dapat menggunakan berbagai saluran atau kombinasi antara saluran untuk mencapai tujuan pembangunan, atau sebaliknya, setiap saluran atau media komunikasi dapat berperan sebagai komunikasi pembangunan. Dengan bergantung pada situasi dan setting sosio-ekonomi dan budaya, saluran yang digunkan dapat berupa media massa atau bahkan lembaga penyuluhan dan sumber-sumber hubungan antar pribadi.
Faktor Kepribadian dan Sentuhan Informasi Inovasi
Sentuhan informasi inovasi pertanian adalah perolehan informasi inovasi oleh individu maupun kelompok melalui interaksi sosial dan proses komunikasi serta penerimaan informasi melalui media massa. Perolehan dan penerimaan informasi inovasi oleh setiap individu maupun kelompok mempunyai derajad berbeda-beda. Perbedaan derajad perolehan dan penerimaan informasi inovasi dapat dipengaruhi oleh faktor internal individu (seperti pengetahuan, motivasi, sikap dan sifat komersialisasi) dan faktor eksternal (pemilikan aset, mobilitas, kebiasaan, nilai-nilai/norma, kepercayaan, kebijakan lokal, kepemimpinan lokal, jangkauan terhadap sumber informasi dan distribusi informasi).
Informasi inovasi pertanian yang diperoleh atau diterima oleh individu petani dan kelompok, baik melalui komunikasi, interaksi sosial dan belajar maupun melalui terpaan media massa didasarkan atas dorongan (motivasi) dan sikap untuk menentukan pilihan inovasi yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Berkaitan dengan perolehan dan penerimaan informasi, Mar’at (1984) mengatakan bahwa informasi yang diperoleh dipersepsi yang merupakan pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, pandangan dan pengetahuan. Seorang individu mengamati suatu obyek psikologi dengan inderanya sendiri yang dilatarbelakangi oleh nilai dari kepribadiannya. Obyek psikologi dapat berupa kejadian, ide-ide dan situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar, motivasi, sikap, sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan memberikan arti/makna terhadap obyek psikologi tersebut. Melalui komponen kognisi akan timbul ide dan konsep mengenai apa yang dilihat. Berdasarkan nilai dan norma-norma yang dimiliki pribadi seseorang akan terjadi keyakinan atau kepercayaan terhadap obyek tersebut.
Teori diri yang diuraikan Mar’at tersebut hampir sama dengan teori konstruksi diri Harre, bahwa mengenali diri meliputi individu dan sosial. Harre menekankan pada cara dimana individu meliput dan menjelaskan perilaku diri sendiri terutama dalam peristiwa tertentu. Harre mengatakan bahwa diri tersusun oleh suatu teori pribadi. Dalam kseluruhan hidup orang mempelajari bahwa individu mempunyai perspektif berbeda pada lingkungan, dan diri adalah seorang aktor otonomi. Semua pemikiran, niat, dan emosi masyarakat dipelajari melalui interaksi sosial.
Diri terdiri dari satu set atau kumpulan unsur-unsur yang dapat dipandang dengan leluasa dalam tiga dimensi: Dimensi pertama; penampilan, suatu aspek diri dipertunjukkan didepan umum. Dimensi kedua; perwujudan, atau sumber. Unsur-Unsur diri yang dipercaya datang dari orang secara individu yang direalisir, sedangkan unsur-unsur “percaya” berasal dari hubungan orang kepada kelompok realitas kolektifitas (collectively-realized). Dimensi ketiga; Agen menjadi tingkatan daya aktif melekat pada diri. Unsur-Unsur aktif (seperti "berbicara") dibandingkan dengan unsur-unsur pasif (seperti "mendengarkan").
Semua teori diri mempunyai tiga unsur yang meliputi: Pertama, semua berisi suatu pengertian kesadaran diri (self-consciousness). Alat-Alat ini, orang berpikir tentang dirinya sebagai suatu obyek. Kedua, semua unsur teori diri adalah agen. Diri selalu dilihat mempunyai kuasa-kuasa tertentu untuk meyakinkan. Orang melihat diri mereka sebagai agen, mampu untuk mempunyai tindakan dan niat. Ketiga, Unsur diri adalah autobiografi, atau identitas orang dengan suatu sejarah dan masa depan (Littlejohn, 1999). Dengan demikian, bahwa dalam proses komunikasi inovasi pertanian dan sentuhan-sentuhan informasi sangat ditentukan oleh faktor-faktor kepribadian individu dan inteksi dalam sistem sosial.
Hubungan antara Komunikasi, Pengalaman, Bahasa dan Budaya
Dalam konteks hubungan antara komunikasi, makna dan pengalaman, Porty dalam Littlejohn (1999) mengatakan bahwa pengalaman ada dalam kehidupan sosial dan kesadaran tidak dapat dipisahkan dari bahasa. Komunikasi sebagai sarana yang digunakan untuk memberitahukan makna pengalamannya. Makna diciptakan oleh bahasa, dan bahasa digunakan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Dengan demikian menurut Porty, pengalaman manusia didasarkan pada komunikasi.
Menurut Gergen dalam Littlejohn (1999), bahasa digunakan untuk menggolongkan hal-hal yang muncul dari interaksi sosial dalam suatu kelompok orang pada situasi tertentu dan di tempat tertentu. Kategori pemahaman merupakan situasional. Realitas dipahami pada momen yang ditentukan oleh konvensi komunikasi yang berlaku pada waktu itu. Realitas sosial dibangun oleh pola perilaku komunikasi yang saling berhubungan. Dalam suatu kelompok sosial atau budaya, dan realitas digambarkan oleh tindakan individu, tetapi kompleks dan mengorganisir pola perilaku atau tindakan.
D
alam hubungan antara tindakan dan adopsi teknologi, bahwa faktor-faktor internal (faktor individu itu sendiri), bahwa individu pertani menanggapi dunia luarnya bersifat selektif, berarti sesuatu (inovasi teknologi baru) yang datang dari luar dirinya tidak semuanya begitu saja diterima. Individu petani selalu mengadakan seleksi terhadap teknologi-teknologi yang diperoleh atau diterima sebagai proses penentuan pilihan dan keputusan sesuai tujuan yang ingin dicapainya.
Sotter sebagai ahli teori tanggungjawab melihat hubungan antara pengalaman dan komunikasi dari aspek moral dan tanggungjawab. Sotter mengatakan bahwa antara pengalaman manusia dan komunikasi mencerminkan dan menciptakan pengalaman nyata. Pusat mata rantai antara pengalaman dan komunikasi merupakan proses bagaimana membuat tanggungjawab. Sotter percaya bahwa orang-orang secara konstan menugaskan makna dan memberi pengertian dari pengalaman mereka. Makna yang ditugaskan ke suatu peristiwa melekat pada bahasa yang digunakan untuk meliputi peristiwa dalam komunikasi antar pelaku. Sotter menegaskan bahwa komunikasi menentukan pengalaman nyata, dan pengalaman nyata mempengaruhi komunikasi.
Benjamin Whorf yang dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Edward Sapir di kenal sebagai teori relatifitas linguistik. Teori ini mengatakan bahwa bahasa dan budaya menentukan perilaku dan kebiasaan pemikiran dalam budaya. Hipotesis Whorf tentang penggunaan bahasa mengatakan bahwa: (1) Dalam dunia aktivitas sosial biasanya dipahami dari penguasaan bahasa tertentu yang menjadi medium komunikasi masyarakat. (2) Bahasa adalah suatu alat pemecahan permasalahan komunikasi spesifik. (3) Fakta dari perihal pekerjaan riil tanpa disadari bahwa kontruksi berdasarkan pada kebiasaan bahasa dari kelompok. (4) Kebiasaan bahasa masyarakat mempengaruhi aneka pilihan interpretasi (Littlejohn, 1999).
Hipotesis tersebut menyatakan bahwa proses berpikir dan cara memandang dunia adalah membentuk struktur bersifat tatabahasa dari bahasa. Antara budaya dan bahasa merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam proses komunikasi, karena bahasa merupakan salah satu unsur budaya.
Pesan teori relatifitas linguistik adalah berbeda dengan teori konstruksi sosial. Dalam konstruksi sosial orang percaya untuk menciptakan realitas mereka dalam proses interaksi, sedangkan Whorf dan Sapir memberikan ajaran realitas yang telah dilekatkan dalam bahasa. Kedua teori tersebut sama-sama berhadapan dengan realitas budaya, tetapi memiliki pendekatan topik dengan cara berbeda.
Berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi, Basil Bernstein dengan teori sociolinguistic menyoroti terutama tentang elaborted and restricted codes. Teori ini menunjukkan bagaimana struktur bahasa diperlakukan dalam mencerminkan pembicaraan sehari-hari dan membentuk asumsi dari suatu kelompok sosial. Bernstein terutama tertarik dan memperhatikan kelas sosial dan tatacara di mana sistem penggolongan menciptakan jenis bahasa yang berbeda dan dipelihara oleh bahasa.
Asumsi dasar teori ini adalah format hubungan yang dibentuk dalam suatu kelompok sosial mempengaruhi jenis kemampuan berbicara yang digunakan oleh kelompok. Struktur bahasa yang digunakan oleh suatu kelompok membuat hal-hal yang relevan berbeda-beda atau penting dalam komunikasi. Kondisi ini menghasilkan kelompok berbeda mempunyai kebutuhan hidup berbeda dan bahasa yang digunakan hanya diperlukan untuk memelihara hubungan dalam kelompok.
Dalam konteks adopsi teknologi pertanian bahwa keputusan untuk menerima dan menolak suatu inovasi baru sangat ditentukan oleh kepribadian individual dan lingkungan sosialnya. Inovasi baru yang diperoleh melalui proses komunikasi dan interkasi sosial akan melalui pemahaman, pemberian makna/arti, membandingkan dengan pengalaman diri sendiri dengan pengalaman orang lain berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Bahasa mempunyai peranan penting dalam proses adopsi dan difusi inovasi pertanian. Penggunaan bahasa dalam penyampaian informasi inovasi adalah bahasa yang muda dicerna oleh masyarakat petani, sehingga berbeda dengan bahasa-bahasa praktis dan bahasa-bahasa ilmiah. Dalam komunikasi dan sosialiasi inovasi teknologi kepada petani pun juga harus menggunakan bahasa yang mudah dicerna.
Kemungkinan teori aturan, oleh Mary John Smith, mencoba menerapkan pendekatan penggunaan aturan (rule-using) untuk memperoleh pemenuhan (compliance-gaining) situasi, dengan tiga asumsi teori: (1) Orang bertindak dengan tujuan dan dipengaruhi tindakan mereka oleh apa yang mereka percaya manfaatnya. (2) Kepercayaan dikendalikan oleh lebih aneka pilihan masyarakat dibanding oleh pengaruh pribadi dari yang lain. (3) Penghargaan dan ancaman eksternal adalah penuh arti jika hanya berlaku tujuan standard seseorang dan pribadi. Dalam kepercayaan orang memilih strategi untuk memperoleh pemenuhan (compliance-gaining) pesan dan memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap pesan dari orang lain. Dengan membuat aneka pilihan di bawah pengaruh aturan yang dipercaya berlaku dalam situasi tertentu. Individu secara normal merasa beberapa aneka pilihan, dengan suatu tujuan, konteks, dan satu set tindakan memungkinkan dirancang untuk mencapai tujuan.
Teori manajemen makna terkoordinasi (Coordinated Manegment of Meaning/ CMM) dikembangkan oleh Bamett Pearce dan Vemon Cronen merupakan salah satu teori komunikasi interpersonal. Teori ini mengatakan bahwa mereka yang terlibat dalam percakapan akan membangun realitas sosial mereka sendiri dan secara bersamaa dibentuk oleh kata-kata yang diciptakan (Littlejohn, 1999; Griffin, 2006).
Teori ini menganut tradisi sosio-kultural dan fenomenalogis, sehingga merupakan teori integrasi dari beberapa terori seperti: interactionism simbolis, ethogeny, teori sistem, Tindakan Kemampuan Berbicara atau Percakapan, dan hubungan komunikasi.
Dalam teori CMM, orang melihat, menginterpretasikan dan bertindak atas dasar aturan. Individu dalam situasi sosial manapun; pertama, ingin memahami apa yang sedang berlangsung dan menerapkan aturan untuk menginterpretasikan peristiwa yang mereka alami. Kedua, Orang bertindak atas dasar pemahaman mereka, memanfaatkan aturan untuk memutuskan sesuai tindakan. Dengan kata lain, tindakan dan pemahaman ditentukan oleh interaksi dalam kelompok sosial.
Aturan tindakan dan arti selalu di pilih dalam suatu konteks. Konteks menjadi kerangka acuan atau menginterpretasikan suatu tindakan. Tindakan dan arti selalu di pilih beberapa konteks, dan respon akan berbeda dari konteks yang satu ke konteks yang lain.
Pearce dan Cronen melihat konteks sebagai sekumpulan hirarki: konteks yang satu dilekatkan dengan yang lain. Dengan kata lain, masing-masing konteks berdiri sendiri dari suatu konteks lebih besar. Terdapat empat tipe konteks yang dilukiskan dalam suatu hirarki, yaitu; contoh yang sempurna (archetype), Konsep diri (self-concept), peristiwa (episode), hubungan (relationship) dan tindakan (Act). konteks Hubungan meliputi harapan timbal balik antar anggota suatu kelompok. Konteks peristiwa adalah menyangkut suatu even. Konteks konsep diri (Self-Concept) adalah pengertian dari suatu definisi pribadi. Konteks yang sempurna adalah suatu gambaran dari kebenaran umum.
Teori tersebut bisa digunakan dalam konteks penelitian adopsi inovasi teknologi karena keputusan adopsi inovasi dapat dipengaruhi atau ditentukan oleh ke empat konteks di atas.
Berkaitan dengan konteks dalam komunikasi interpersonal juga dikenal seperti konteks temporer, konteks sosial ekonomi, konteks budaya dan konteks psikologi. Masing-Masing konteks menjadi bagian dari suatu konteks tingkat yang lebih tinggi, sedemikian sehingga, harapan hubungan seseorang mungkin dibingkai dalam suatu peristiwa, yang pada gilirannya akan dibingkai oleh self-concept. Kadang-Kadang, diri dipahami dalam konteks hubungan, sedangkan pada kesempatan lain hubungan dipahami mengenai diri. Manusia mempunyai kemampuan untuk menciptakan sejumlah konteks untuk penafsiran dan tindakan.
Aturan memberi suatu pengertian dari tindakan dan penafsiran seperti yang nampak sesuai atau logis dalam situasi yang ditentukan. Pengertian ini berhubungan dengan kekuatan logis. Orang bertindak dalam suatu cara yang konsisten dengan aturan mereka, aturan menyediakan suatu kekuatan logis untuk bertindak sebagai cara tertentu. Empat jenis kekuatan logis diterapkan dalam komunikasi. Pertama, prefigurative atau penyebab kekuatan, yang utama dalam bertindak berkaitan dimana individu merasa atau sedang " dipaksa" untuk bertindak dalam cara tertentu oleh karena kondisi-kondisi utama. Ke dua, Kekuatan praktis suatu tindakan ke konsekuen (act-to-consequent) berkaitan dimana orang bertindak dalam suatu cara tertentu untuk mencapai kondisi masa depan. Dalam proses komunikasi, seseorang menyajikan satu rangkaian pemandu penafsiran, respon, dan tindakan. Ke tiga, termasuk kekuatan logis adalah suatu tekanan dari konteks kepada tindakan. Di sini, percaya bahwa penafsiran atau tindakan alami adalah bagian dari konteks. Ke empat, implikasi kekuatan adalah suatu tekanan untuk mengubah bentuk atau berubah konteks dalam beberapa cara.
Inovasi pertanian yang diterima oleh individu baik melalui komunikasi interpersonal maupun melalui komunikasi massa selalu dipersepsi oleh individu dari apa yang diinderanya menjadi sesuatu yang berarti atau bermanfaat setelah diorgnaisasikan dan dinterpretasikan. Persepasi individu terhadap suatu obyek (misalnya teknologi) sangat dipengaruhi oleh kemampuan pemberian makna/arti dari simbol-simbol, seperti pengalaman individu, perasaan, keyakinan, pengetahuan, kemampuan berpikir, sumber referensi, motivasi belajar atau motivasi kerja dan sikap (Walgito, 2006).
Peranan Kepemimpinan dalam Adopsi Inovasi
Media tradisional yang ada seperti kemimpinan lokal dan pemimpin pendapat/tokoh opini (opinion leaders) dapat dimanfaatkan secara efektif dalam proses pemindahan teknologi. Gabriel Tarde (1903), seorang sosiolog Prancis yang merupakan orang pertama memperkenalkan kurva difusi berbentuk - S (S-Shaped curve), mengatakan pentingnya peranan pemimpin opini dan agen perubahan dalam proses difusi (Littlejohn, 1999). Rogers (1969; 1971) dalam Muhadjir (1984) membedakan pemimpin dalam masyarakat dalam kaitan dengan adopsi, yaitu; (1) pemuka pendapat atau pemimpin opini dalah pemimpin yang cakap mempengaruhi orang lain secara ajeg, baik dan informal; dan (2) pemimpin adopsi inovasi (adoption leader) adalah pemimpin pendapat yang cepat tanggap terhadap inovasi. Akan tetapi tidak semua pemuka pendapat mempunyai kemampuan menjadi adoption leader ataupun sebaliknya. Gonzalez dalam Jahi (1988) mengatakan bahwa orang-orang tertentu mungkin saja menjadi pemuka-pemuka opini pada topic-topik tertentu, tetapi tidak pada topic-topik yang lain.
Petani yang berhasil dalam usahataninya mungkin dapat mempengaruhi orang lain melalui apresiasi keberhasilannya dalam penerapan teknologi karena didukung oleh kemampuan imajinatif, kreatifitas, pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Biasanya golongan petani ini menjadi sumber informasi bagi petani-petani lain, bahkan sering dijadikan informan kunci bagi peneliti, penyuluh dan pengambil kebijakan untuk menyemapikan pesan-pesan pembangunan.
Berkaitan dengan kepemimpinan adopsi inovasi, Muhadjir (1984) dari hasil penelitiannya menemukan bahwa kepemimpinan adopsi inovasi di pedesaan memiliki berbagai determinan atau memiliki varians determinan, yaitu: partisipasi, pemanfaatan media komunikasi, empati, pandangan kosmopolit, integrasi sosial, motivasi untuk maju, asprirasi, keberanian mengambil resiko, kreativitas, tanggap terhadap inovasi di bidang pertanian, dibidang kesehatan, dibidang kehidupan keluarga, dan dibidang pengelolaan uang.
Hamidjojo (1980), menyoroti fungsi media komunikasi dalam proses pemindahan teknologi, yaitu; media massa, berfungsi deskriptif dan menghasilkan pengaruh yang ampuh jika tujuan yang hendak dicapai ialah masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari hanya beberapa orang yang sadar menjadi banyak orang yang sadar. Sebalik media perorangan (face to face) berfungsi perspektif dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak senang menjadi senang, dan terutama dari tidak melakukan menjadi melakukan. Media massa lebih banyak pengaruhnya dalam aspek kognitif, sedangkan media perorangan lebih banyak menunjukkan keampuhannya dalam aspek perubahan perilaku (behavioral).
Penutup
Sentuhan informasi inovasi dapat diartikan lain adalah keterdedahan sesorang terhadap informasi inovasi. Keterdedahan sesorang terhadap informasi inovasi meliputi tiga komponen utama, yaitu akses informasi, frekuensi komunikasi, dan intensitas komunikasi inovasi. Intensitas komunikasi diartikan sebagai kesungguhan dan kebiasaan sesorang dalam menerima informasi inovasi berdasarkan kebutuhan melalui media komunikasi yang biasa digunakan.
Sentuhan informasi inovasi oleh seorang petani melalui berbagai saluran informasi akan mampu meningkatkan adopsi inovasi pertanian. Dari berbagai informasi inovasi yang diterima oleh setiap individu akan membentuk kepribadian dalam menentukan pilihan-pilihan serta mengambil keputusan menerima atau menolak.
Dalam proses komunikasi sangat erat kaitannya dengan pengalaman, karena merupakan sumber terbentuknya konsep diri. Demikian pun hubungan antara komunikasi dan bahasa dimana dalam proses komunikasi bahwa bahasa mempunyai peranan penting karena penggunaan bahasa yang sederhana akan lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima pesan. Kaitan antara komunikasi dan budaya bahwa tentu saja lebih memperhatikan terhadap nilai-nilai dan norma pada msyarakat setempat dalam penyemapain informasi inovasi yang lebih sesuai. Secara umum bahwa sentuhan informasi inovasi terhadap adopsi inovasi pertanian dipengaruh oleh berbagai faktor dengan tingkat atau kekuatan pengaruh yang berbeda-beda.